Mari menyapa!

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamualaikum saudaraku! Semoga dirimu, diriku, dan seluruh umat muslim senantiasa mendapat keberkahan dunia akhirat. Keep Fighting for Islam!

Minggu, 03 April 2011

Syair Aminah Qutb

Aku tidak menunggu kepulangan dan janji-janji sore
Aku tidak menunggu kereta kan kembali membawa secercah harap
Kau tinggalkan aku mengarungi hari-hari dalam kebisuan derita
Kau lihatkah bahwa rinduku untuk surga atau cinta kelangitan
Kau lihatkah bahwa janji itu untuk Allah
Sudah tibakah saat pemenuhannya?
Aku berlalu bagai perindu
Sebagai pemabuk yang cinta mendengarkan panggilan

Kau jumpaikah di sana para kekasih?
Apa warna pertemuan itu?
Dalam hijaunya surga, dalam firdaus dan gemuruh karunia
Di negeri kebenaran kalian berkumpul
Dalam damai perlindungan

Jika memang karena itu, selamat datang kematian tergilas darah
Akankah aku menemuimu di sana, tinggalkan negeri derita
Ya, akan kutemui kau disana
Janji yang diyakini orang-orang jujur
Kita dapatkan balasan, atas hari-hari yang kita lalui
Dalam derita dan cobaan
Kita kan dijaga dalam kebaikan
Tanpa takut perpisahan dan kefanaan

Syair Aminah Qutb untuk suaminya, Kamal Asy Syananiri, mujahi da’wah yan ditahan di masa tribulasi da’wah oleh Gamal Abdul Nasher, dan kemudian dibunuh ketika mempertahankan agama Allah sehingga beliau meninggal dalam keadaan syahid. (diambil dari buku Agar bidadari Cemburu Padamu, Pro-U media 2010, Salim A.Fillah)

Perempuan dan Soal Kepemimpinan

Penahkan kalian membaca atau mendengar ayat ini?
Bismillah..
“Kaum laki-laki adalah qawwam (pemimpin) atas kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah menjaga mereka…..”(QS. An Nisa’ 34)

Kalimat karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka dalam ayat ini, ditulis oleh Al Qaradlawy dalam Fatawi Mu’ashirah-nya, menunjukkan bahwa qawwamah asasi ini berkait dengan kehidupan keluarga. Itulah kepemimpinan dalam kehidupan rumah tangga. Itulah makna firman Allah yang didahului dengan penegasan antara kesetaraan hak dan kewajiban. Itulah keagungan ayat yang didahului dengan pernyataan gambling tentang hak perempuan, dengarlah ….
“…dan para wanita mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya…” (QS. Al Baqarah 228)

Lalu apa hadist ini? (Ini juga yang menjadi pertanyaan admin selama ini)
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menguasakan urusan mereka pada perempuan.” (HR. Bukhari, dan Abu Bakrah)

Mari kita dengarkan lagi apa yang dikatakan Syaikh Yusuf Al Qardlawy. Yang dimaksud hadist ini adalah-kata beliau- kekuasaan umum atas seluruh umat, yakni memimpin daulah, sebagaimana ditunjukkan oleh kata amrahum (urusan mereka) pada hadistnya. Adapun terhadap urusan tertentu yang khusus, lanjut beliau, maka tidak ada larangan bagi wanita untuk menguasainya, seperti wilayah fatwa dan ijtihad, pendidikan dan pengajaran, ilmu hadist, administrasi, dan sebagainya.

Maka oleh karena itulah, Umar mengangkat Asy Syifa’ binti ‘Abdullah Al ‘Adawiyah sebagai pemimpin jawatan pengawas pasar di masanya. Maka sebab itulah ‘Aisyah merasa tidak terhalang untuk memimpin pasukan didampingi Thalhah dan Az Zubair dalam Perang Jamal. Kalau disebutkan dalam riwayat shahih bahwa ‘Aisyah menyesali tindakannya, bukan kepemimpinannya yang beliau sesali. Bahkan bukan menyesali keluarnya ia dari rumah yang oleh sebagian ulama ditafsir sebagai pelanggaran terhadap ayat : “Dan hendaklah kalian (isteri-isteri Nabi) tetap tinggal di rumah kalian…” (QS. Al Ahzab 33). Yang beliau sesali adalah kesalahan ijtihadnya untuk mengangkat senjata melawan ‘Ali bin Abi Thalib sebagai akibat fitnah yang begitu dahsyat. Begitulah..

(adapted from :Agar bidadari Cemburu Padamu, Pro-U media 2010, Salim A.Fillah)